Rabu, 04 Oktober 2023

Variabel / Indikator Resiko Penyakit Jantung (Heart DIsease)

Penyakit jantung adalah kondisi ketika jantung mengalami gangguan. Beberapa macam gangguan pada jantung bisa berupa gangguan pada pembuluh darah jantung, irama jantung (aritmia), katup jantung, atau gangguan akibat bawaan lahir. 

Menurut Lovastatin (2006) istilah penyakit jantung (heart disease) sering digunakan untuk menerangkan sebuah penyakit pembuluh darah jantung. Pembuluh darah tersebut disebut arteri koroner yang berfungsi untuk menyuplai oksigen dan berbagai zat gizi untuk otot jantung. Gangguan pada pembuluh darah ini biasa disebut dengan Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau sering disebut juga penyakit arteri koroner atau Coronary Artery Disease (CAD) yang menunjukkan kondisi pengerasan dan penyempitan arteri yang memasok darah ke otot jantung. Hal ini disebabkan oleh penumpukan kolesterol dan bahan lainnya yang disebut plak di dinding bagian dalam arteri yang mengakibatkan berkurangnya aliran darah melalui arteri. Dampaknya otot jantung tidak bisa mendapatkan darah atau oksigen yang sesuai kebutuhan. Seiring waktu, CAD juga bisa melemahkan otot jantung dan berkontribusi pada gagal jantung dan aritmia. 

Beberapa variabel atau indikator yang dapat digunakan untuk mendiagnosis apakah seseorang berisiko tinggi mengidap penyakit jantung diantaranya disebutkan sebagai berikut:


1. Umur 

Soeharto (2004) menuturkan bahwa usia merupakan refleksi akumulasi yang progresif dari berbagai kelainan pada sistem kardiovaskuler, seperti penyempitan arteri oleh plak, penebalan dinding jantung, dan ruang bilik jantung yang mengecil. Perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi oleh masalah genetik serta diperparah oleh kurangnya aktivitas, dan berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi tak terkendali, dan kebiasaan merokok. 

2. Jenis Kelamin 

Pria lebih berisiko terserang penyakit jantung dibanding wanita. Soeharto (2004) menuturkan bahwa pada perempuan hormon estrogen dianggap memiliki proteksi terhadap penyakit kardiovaskular. Dalam hal ini estrogen meningkatkan kadar HDL dan merendahkan LDL pada perempuan. Namun demikian setelah menopause produksi estrogen menurun drastis.

3. Tipe Sakit Dada

Soeharto (2004) menyatakan salah satu tanda yang umum terjadi pada serangan jantung adalah sakit dada yang hebat atau angina, seperti ditekan. Bermula dari dada bagian depan dan kadang-kadang menjalar ke lengan kiri, pundak kiri, dan rahang. Jenis penyakit ini terjadi karena berkurangnya suplai darah ke otot jantung. Typical angina yaitu sakit pada dada muncul setelah melakukan aktivitas fisik, seperti naik tangga dan olahraga atau saat emosi tak terkendali, misalnya setelah marah-marah.

4. Tekanan Darah Sistol

Lovastatin (2006) menyatakan meningkatnya tekanan darah merupakan faktor resiko utama lain bagi serangan jantung atau stroke. Tekanan darah mencerminkan resistensi yang dihasilkan setiap saat jantung berdenyut dan mengirimkan aliran darah melalui arteri. Catatan tertinggi tekanan yang ditimbulkan oleh konstraksi ini disebut tekanan sistolik. Catatan tekanan darah sistolik yang normal bagi orang dewasa adalah 120 mm Hg.

5. Kadar Kolesterol

Kolesterol diangkut dalam darah pada molekul-molekul pengangkut yang dikenal dengan lipoprotein. Ada tiga kategori bagi lipoprotein, yakni lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL), lipoprotein berdensitas rendah (LDL), dan lipoprotein berdensitas tinggi (HDL). VLDL dan LDL bertanggungjawab atas pengangkutan lemak-lemak (utamanya trigliserida dan kolesterol) dari liver ke sel-sel tubuh, sedangkan HDL bertanggungjawab atas pengembalian lemak-lemak ke liver. Hal ini yang menyebabkan peningkatan VLDL dan LDL menjadi penyebab utama serangan jantung dan stroke. (Lovastatin, 2006)
Lovastatin (2006) menyatakan bahwa peningkatan kadar kolesterol darah meningkatkan resiko kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung. Kadar kolesterol total mencakup kadar LDL, HDL, dan trigliserida serta lipid lainnya  yang tergolong normal dan baik dalam darah adalah pada angka yang kurang dari 200 mg/dL. Jika kadar kolesterol sudah mencapai 240 mg/dL, maka sudah dianggap tinggi dan tidak normal.

6. Kadar Gula Darah Puasa 

Rumahorbo (1997) menjelaskan bahwa gula darah puasa yaitu kadar gula dalam darah setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya 8-10 jam. Normalnya gula darah puasa untuk orang dewasa 70-100 mg/dL. Adapun kadar gula darah erat kaitannya dengan penyakit diabetes. Lovastatin (2006) menyatakan resiko kematian dini karena aterosklerosis bagi penderita diabetes menjadi dua hingga tiga kali lipat.
Pengikatan glukosa pada protein yang disebut glikolisis menyebabkan perubahan struktur dan fungsi pada banyak protein tubuh. Protein yang diglikolisiskan meningkat beberapa kali lipat pada penderita diabetes dan menyebabkan komplikasi klinis utama dalam diabetes. Salah satu contohnya adalah kerusakan pada reseptor LDL yang diglikolisiskan dalam liver menghalangi mekanisme umpan balik yang memberitahu liver untuk menutup sintesis kolesterol (Lovastatin, 2006).

7. Hasil Elektrokardiografik

Elektrokardiogram (EKG) adalah alat yang merekam aktivitas listrik sel antrium dan ventrikel serta membentuk gelombang dan kompleks yang spesifik. Aktivitas listrik didapat dengan menggunakan elektroda yang diubungkan dengan kabel ke mesin EKG (Dharma, 2010). 
Dharma (2010) menjelaskan bahwa komponen-komponen gelombang pada EKG seperti pada Gambar 1 terdiri dari:
  • Gelombang P berhubungan dengan sistol antrium, merupakan gelombang pertama siklus jantung. Setengah gelombang P pertama terjadi karena stimulasi antrium kanan serta berikutnya terjadi karena stimulus antrium kiri. Karakteristik gelombang P yang normal yaitu lembut dan tidak tajam, serta durasi normal 0,008-0,1 detik dan tinggi tidak lebih dari 2,5 mm yang dilihat pada kertas perekaman hasil EKG.
  • Kompleks QRS merupakan sistol ventrikel yang terdiri dari gelombang Q, R, dan S. Lebar normal kompleks ini 0,06-0,1 detik. Gelombang Q merupakan defleksi negatif pertama menggambarkan depolarisasi septum interventrikel yang teraktivasi dari kiri ke kanan. Gelombang R merupakan defleksi positif pertama. Gelombang S merupakan defleksi pertama setelah R.
  • Gelombang T merupakan repolarisasi ventrikel. Biasanya tingginya kurang dari 5 mm pada sadapan ekstremitas atau 10 mm pada sadapan prekodial. Gelomang T bisa positif, negatif, atau bifasik.
  • Segmen PR dibentuk pada akhir gelombang P sampai awal kompleks QRS dan merupakan penentu garis isoelektris.
  • Segmen ST merupakan tanda awal repolarisasi ventrikel kiri dan kanan. Titik pertemuan antara akhir kompleks QRS dan awal segmen ST disbut J point. Jika J point berada di bawah garis isoelektris disebut depresi J point dan jika di atas garis isoelektris disebut elevasi J point.
  • Interval QT merupakan aktivitas total ventrikel. Durasi normal tergantung umur, jenis kelamin dan denyut janung. Rata-rata aktivitas total ventrikel kurang dari 0,38 detik.
Pada jantung yang normal maka gelombang yang dihasilkan akan tampak seperti pada gambar 1. Adapun kondisi abnormal ditandai dengan adanya depresi pada segmen ST atau anomali gelombang T. Pada kondisi abnormal lain dapat ditandai dengan tinggi gelombang yang terlalu tinggi atau justru terbalik. Untuk mengetahui apakah hasil EKG normal atau tidak ada baiknya dikonsultasikan oleh dokter yang ahli dibidangnya Karena pembacaan oleh orang awam memungkinkan ketidaktepatan membaca hasilnya.

8. Denyut Jantung Maksimum yang Dapat Dicapai

Menurut CC (2018) denyut jantung maksimum adalah denyut jantung tertinggi dicapai selama latihan maksimal. Perhitungan denyut jantung dilakukan dengan satuan per menit.
Orang yang menderita penyakit kardiovaskuler secara umum mengalami Chronotropic Incompetence (CI). Brubaker dan Kitzman (2011) mendefinisikan  CI sebagai ketidakmampuan jantung untuk meningkatkan laju (detaknya) seiring dengan meningkatnya aktivitas. 

9. Angina yang Disebabkan oleh Latihan

Soeharto (2004) menyebutkan salah satu indikasi PJK menurut American Health Assosiation adalah adanya angina. Soeharto (2004) mengatakan bahwa angina umumnya ditunjukkan dengan sakit dada yang tiba-tiba terasa sewaktu melakukan gerakan fisik atau olahraga.

10. Puncak Segmen ST 

Pasien yang diduga memiliki penyaki jantung diberikan latihan tertentu untuk kemudian diamati hasil grafik pada elektrokardiogram. Depresi segmen ST mengacu pada temuan pada elektrokardiogram yang memperlihatkan jejak di segmen ST abnormal rendah di bawah garis dasar. Depresi segmen ST lebih dari 0,5 mm (setengah kotak kecil) dan 0,04 detik dari J point menunjukkan terjadinya kekurangan pasokan darah (Dharma, 2010).

11. Kemiringan segmen ST untuk latihan maksimal
Variabel ini berdasarkan hasil pengamatan EKG pada segmen ST dari pasien yang diuji latih jantung dengan beban (Dharma, 2010). Adapun hasil EKG dapat digolongkan sebagaimana ditampilkan gambar berikut berikut:

12. Jumlah Pembuluh Darah Utama yang Terwarnai oleh Fluroskopi 

Fluroskopi adalah sebuah metode pemeriksaan sinar-X untuk menghasilkan gambar bersekuel menyerupai video. Umumnya fluroskopi dikombinasikan dengan pewarna kontras, yakni zat yang diberikan ke pasien untuk menghasilkan gambar yang lebih jelas dan memudahkan dokter dalam membedakan suatu organ dengan area sekitarnya. Zat pewarna disuntikkan ke dalam pembuluh koroner jantung  menggunakan alat khusus.
Pembuluh koroner utama pada jantung dibagi menjadi Right Coronar Artery (RCA), Left Coronary Artery (LCA), Left Anterior Descending (LAD), dan Circum Flex Artery (LCX) (Soeharto, 2004). Adapun LAD dan LCX merupakan percabangan dari LCA. Bila pembuluh arteri koroner terganggu, maka aliran darah ke otot jantung berkurang sehingga jantung tidak dapat bekerja normal.

13. Tipe Kerusakan Pembuluh Darah 

Kerusakan pembuluh darah berupa pecahnya pembuluh darah atau penyempitan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah bisa disebabkan karena penumpukan plak atau karena faktor lain seperti suhu udara yang rendah. Adapun sifat dari kerusakan pembuluh darah yaitu ada yang dapat pulih (reversible) dan ada pula yang permanen atau tidak dapat kembali (irreversible).

 
Nissa (2016) menjelaskan menurut The American Society of Echocardiography, plak aterosklerosis (penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri akibat penumpukan plak pada dinding pembuluh darah) menyebabkan serangan jantung jika lebih dari 1,5 cm atau atau lebih dari sama dengan 50% dari ketebalan dinding arteri. Penelitian lain menyebutkan (Carotid Intimal Media Thickness) CIMT > 1.15 cm berhubungan dengan kemungkinan 94% kejadian serangan jantung ataupun stroke.



Daftar Pustaka 
Terkait Penyakit Jantung dan Elektrokardiograf (EKG):

    Brubaker, P. & Kitzman, D. 2011. Chronotropic Incompetence Causes, Consequences, and Management. Circulation, Vol. 123, No 9: hlm 1010-1020.
    [CC] Cleveland Clinic. 2018. Pulse & Heart Rate: Test Details. https://my.clevelandclinic.org/health/diagnostics/17402-pulse—heart-rate/test-details. Diakses: 09 Februari 2020
    Dharma, S. 2010. Sistematika Intepretasi EKG: Pedoman Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
    Firdaus, I. 2019. Press Release, World Heart Day PERKI 2019. http:/www.inaheart.org/news_andevents/news/2019/9/26/press_release_world_heart_day_perki_2019. Diakses: 10 Februari 2020
    Karim, S. dan Kabo, P. 1996. EKG dan Beberapa Penyakit Jantung untuk Dokter Umum. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
    Lovastatin, K. 2006. Penyakit Jantung dan Penanganannya dengan Metode Alami.  Diterjemahkan oleh: Slamet Rianto. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Terjemahan dari: Mayo Clinic On Heart Disease and High Blood Pressure
    Nissa, M. K. 2016. Dua Cara Mendeteksi Endapan Lemak di Pembuluh Darah Anda. https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/mendeteksi-endapan-lemak-di-pembuluh-darah-anda/. Diakses: 13 Februari 2020
    Rumahorbo, H. 1997. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
    Soeharto, Iman. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
    [UCI] University of California, Irvine. 1988. Heart Disease Dataset. https://archive.ics.uci.edu/ml/datasets/Heart+Disease. Diakses: 9 Februari 2020

1 komentar: